Iklan Bawah Header

Inilah 8 Kekurangan dari Kurikulum Merdeka Belajar yang Patut Diketahui

Inilah 8 Kekurangan dari Kurikulum Merdeka Belajar yang Patut Diketahui

Kurikulum pendidikan yang diterapkan di Indonesia sangat mungkin mengalami perubahan akibat perkembangan zaman, sehingga bidang pendidikan pun menyesuaikannya melalui kurikulum. Indonesia sendiri saat ini menerapkan kurikulum Merdeka Belajar. Artikel ini akan mengulas kekurangan dari kurikulum Merdeka Belajar berdasarkan berbagai aspek.

Beberapa aspek yang menjadi sorotan yakni menyangkut persiapannya, sistemnya, sumber daya manusianya yang dinilai belum matang. Hal tersebut menjadi kekurangan yang akhirnya berimbas kepada seluruh elemen pendidikan. Ulasan masing-masing poin kekurangan dapat disimak dan diperhatikan pada pemaparan di bawah ini:

1. Persiapan Kurikulum Merdeka Belajar yang Belum Matang Sepenuhnya

Poin pertama mengenai kekurangan dari kurikulum merdeka belajar adalah persiapannya yang belum matang. Persiapan merupakan awal mula dari segala hal, termasuk penetapan dan pemberlakuan sebuah kebijakan. Dalam hal ini, yaitu kebijakan dari kurikulum yang baru, kurikulum Merdeka Belajar.

Belum matangnya persiapan terkait kurikulum ini, akhirnya menjadikan peserta didik serta guru kesulitan menjalankan kurikulum baru. Hal ini bisa dilihat terutama saat masa pandemi, banyak peserta didik yang sulit mengikuti pelajaran. Guru pun kesulitan mengoperasikan perangkat teknologi untuk menyampaikan materi.

2. Belum Terencananya Sistem Pendidikan dengan Baik

Mengingat ada banyaknya jenjang pendidikan di Indonesia, maka kurikulum Merdeka Belajar pun diterapkan untuk semua jenjang yang ada. Sayangnya, sistem yang dirancang oleh pemerintah belum terstruktur dengan baik. Akibatnya, pendidikan pun justru tersendat pada titik tertentu.

Misalnya yaitu pada penerapan kurikulum Merdeka Belajar untuk tingkat pendidikan tinggi. Pemerintah menyiapkan program magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka, tetapi dalam perjalanannya pemberian insentif masih terhalang panjangnya birokrasi. Mahasiswa yang mengikuti program itu pun kesulitan dalam mengikuti magang secara optimal.

3. Kekurangan SDM yang Mumpuni

Aspek berikutnya yang layak menjadi perhatian terkait kekurangan dari kurikulum Merdeka Belajar adalah dalam hal sumber daya manusia. SDM yang dimaksud disini, yaitu guru selaku pengajar dan fasilitator pendidikan belum mempunyai bekal yang cukup untuk menerapkan kurikulum baru.

Perlu diketahui bahwa, kurikulum Merdeka Belajar sangat mengedepankan adaptasi terhadap teknologi, sedangkan guru masih banyak yang kurang paham teknologi. Sebenarnya, kekurangpahaman ini wajar karena sebagian besar guru sudah berusia lanjut dan kurang bisa mengikuti perkembangan teknologi yang begitu cepat.

4. Kurangnya Sosialisasi Bagi Para Guru

Pemberlakuan kebijakan yang baru tentu harus dibarengi dengan gencarnya sosialisasi. Tanpa adanya sosialisasi, pihak yang terlibat dan akan menjalankan kebijakan kemungkinan besar kurang memahami urgensi dari kebijakan tersebut. Lalu pada akhirnya, kurikulum tidak berjalan dengan baik.

Hal ini, juga menjadi kekurangan dari kurikulum Merdeka Belajar yang diterapkan pemerintah. Sosialisasi kurang diberikan secara intensif dan menyeluruh, sehingga masih ada ketimpangan pendidikan dan informasi yang terjadi di berbagai penjuru Indonesia. Ketimpangan terkait dengan kualitas serta sarana prasarana pendidikan.

5. Kurang Fokusnya Pembelajaran

Aspek kelima yang menjadi kekurangan dari kurikulum Merdeka Belajar yakni aspek pembelajaran. Pada tingkatan atau jenjang pendidikan tertentu, mata pelajaran yang mulanya dipisah kini digabung. Penggabungan ini mungkin dapat meringkas waktu mengajar, tetapi ada pula kelemahannya.

Kelemahannya adalah pembelajaran yang dijalani peserta didik menjadi tidak fokus karena dalam satu waktu mereka mempelajari dua topik yang berbeda. Misalnya yakni pada tingkatan SD, mata pelajaran IPA digabung dengan IPS. Hal ini menjadikan fokus terbelah karena materi lebih kompleks.

6. Kurangnya Kesinambungan Antara Satu Tingkatan dengan Tingkatan Selanjutnya

Idealnya, sebuah kurikulum dirancang dengan saling berkesinambungan untuk berbagai tingkatan. Namun, ternyata aspek kesinambungan ini masih menjadi kekurangan dari kurikulum Merdeka Belajar periode sekarang. Ketidaksinambungan ini, dapat dijumpai misalnya dari jenjang SD ke SMP.

Di jenjang SD, peserta didik mempelajari mata pelajaran IPA dan IPS bersamaan. Akan tetapi, ketika memasuki jenjang SMP mata pelajaran tersebut dibuat lebih spesifik. Hal tersebut menjadikan peserta didik perlu beradaptasi dan mengenali lagi setiap mata pelajaran yang akan dipelajari.

7. Kurang Tepatnya Kesinambungan di Antara Mata Pelajaran

Mata pelajaran yang menjadi sorotan dalam kurikulum Merdeka Belajar adalah mata pelajaran Teknologi, Informasi, dan Komunikasi. Sorotan pada mata pelajaran ini tidak terlepas dari tujuan kurikulum untuk mencetak generasi penerus bangsa yang memiliki kompetensi dalam bermacam bidang.

Meninjau bidang teknologi kini semakin berkembang, maka mata pelajaran TIK pun diubah statusnya yang semula mapel pilihan menjadi wajib. Perubahan status ini, justru bertolak belakang dengan mapel Bahasa Inggris yang statusnya menjadi mapel pilihan. Padahal, bahasa Inggris menunjang jalannya TIK.

8. Alokasi Mata Pelajaran yang Berubah

Aspek terakhir perihal kekurangan dari kurikulum Merdeka Belajar adalah perubahan alokasi mata pelajaran pada tingkatan SMK. Alokasi mata pelajaran yang semula 60 persen untuk mapel kejuruan dan 40 persen untuk mapel umum pun diubah di dalam kurikulum Merdeka Belajar ini.

Sekarang, alokasi yang diberlakukan yaitu 70 persen untuk mapel kejuruan, sedangkan 30 persen untuk mapel umum. Sejatinya, keputusan ini berefek baik untuk lebih mengedepankan skill kejuruan peserta didik. Akan tetapi, konsekuensinya pengetahuan umumnya menjadi kurang memperoleh perhatian dan kurang maksimal.

Jika diperhatikan, kekurangan pada kurikulum ini sangat banyak. Namun, di sisi lain sejatinya kurikulum ini juga memiliki kelebihan. Adanya kekurangan, menjadi bahan evaluasi bagi para stakeholder atau pemangku kebijakan supaya bisa membuat keputusan yang lebih matang dan bijak.

Demikian ulasan mengenai kekurangan dari kurikulum Merdeka Belajar yang ditemui sekarang ini. Tidak ada kebijakan yang sempurna, maka itulah yang menjadikan proses perbaikan dan penyempurnaan dilakukan terus menerus. Kekurangan tersebut, dapat menjadi masukan dan kritikan supaya lebih baik kedepannya.

0 Response to "Inilah 8 Kekurangan dari Kurikulum Merdeka Belajar yang Patut Diketahui"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel